Kenali dan Sayangi Mata Anda
BANYAK cara yang telah dilakukan manusia
untuk menjaga mata sebagai lentera jiwa mereka. Sejatinya, keberadaan mata
sebagai salah satu panca indera memiliki peran penting. Sebab tanpa berfungsi
dengan baik penglihatan seseorang, maka dia tidak dapat merasakan dan menikmati
keindahan dunia serta segala isinya.
Adapuncara
yang ditempuh orang agar matanya menjadi sehat dan tidak mengalami masalah
apalagi sampai buta, di antaranya secara rutin melakukan perawatan terhadap mata
dan memeriksa matanya ke dokter. Tidak sedikit pula orang menggunakan cara
herbal atau pergi ke pengobatan alternatif untuk menjaga kesehatan maupun
menyembuhkan penyakit mata yang dideritanya.
Dua
cara tersebut terbilang cukup populer dilakukan masyarakat di Indonesia, selain
memeriksakan matanya ke dokter atau rumah sakit. Saat ini ada cara penanganan
yang mulai banyak dilirik bahkan dapat dikatakan sangat populer di masyarakat,
yaitu penanganan mata melalui teknologi lasik. Sebab melalui teknologi
menggunakan laser ini, banyak masyarakat yang tertolong.
Namun
jauh sebelum lasik mengalami booming seperti sekarang ini, banyak cara
lain yang dilakukan orang untuk mengatasi kebutaan atau gangguan pada mata
mereka. Seperti menggunakan lensa kontak, kacamata, kaca pembesar, dan lain
sebagainya. Rata-rata gangguan pada mata tersebut berpusat pada rabun jauh
(miopi), rabun dekat (hipermetropi), atau pun silinder (astigmatisma).
Perlu
diketahui, saat ini kian banyak anak-anak yang sejak kecil sudah menggunakan
kacamata. Ternyata, selain faktor genetik, pola makan dan cara membaca sangat
memengaruhi kesehatan mata. Sebab itu, orangtua hendaknya memerhatikan gizi dan
vitamin yang dikonsumsi, serta memerhatikan kebiasaan mereka membaca.
Karena
ini adalah gangguan refraksi/pembiasan, maka perbaikannya dengan perbaikan
pembiasan. Yang paling sederhana misalnya menggunakan kacamata. Kemudian
terjadi perkembangan ilmu bio medis, sehingga ada lensa kontak yang bisa
ditempelkan di mata. Sayangnya, tidak semua orang merasa nyaman menggunakan
kacamata atau lensa kontak.
Kacamata
pertama kali ditemukan sekitar 3000 tahun lalu oleh bangsa di kota tua Niniwe,
pada waktu itu fungsinya sebagai kaca pembesar. Bahan yang digunakan juga
bukanlah lensa kaca melainkan batu kristal. Perkembangan kacamata baru melesat
pada abad XII di Cina dan Eropa.
Dalam
waktu singkat, kacamata mulai diproduksi dengan kualitas lensa sederhana dan
pemakaiannya cukup merepotkan. Pada waktu itu, kacamata hanya terdiri atas dua
lensa yang disambung tanpa tangkai dan ditempelkan di batang hidung. Sang
pemakai juga harus terus memeganginya. Karena pemasangan yang rumit dan tidak
praktis itulah, kacamata menjadi tidak diminati.
Berbagai
cara dilakukan untuk membuat kacamata nyaman dipakai. Ada yang memasang rantai
kecil pada kedua sisi kacamata dan diikatkan di bagian belakang kepala, seperti
kacamata perenang, ada lagi yang mengaitkan kacamata pada topi. Ini pun masih merepotkan,
bahkan mengganggu, terutama saat harus membaca di dalam ruangan atau membuka
topi untuk memberi salam.
Hingga
pada akhirnya, tercetuslah ide untuk memasang tangkai sehingga kacamata itu
dapat dikaitkan di telinga. Tahun 1784, Benjamin Franklin berhasil menemukan
kacamata bifokus yang memiliki lensa cembung dan lensa cekung dalam satu
bingkai. Pada tahun 1908 dan 1910 barulah dikenal lensa cembung cekung, yang
benar-benar menyatu dalam satu lensa. Materi lensa pun turut berkembang menjadi
lensa kaca dan plastik.
Bila
ditelusuri terkait keberadaan lensa kontak, banyak kalangan percaya, ide lensa
yang menempel langsung pada bola mata itu konon sudah ada sejak tahun 1508. Hal
itu berasal dari catatan dan gambaran serta sketsa yang dibuat Leonardo Da
Vinci. Di dalam buku catatannya, ditemukan banyak sketsa tentang kacamata yang
langsung bisa dikenakan pada bola mata. Ada pula yang beranggapan bahwa lensa
kontak digagas oleh Rene Descartes pada tahun 1636, saat dia membuat
hydriascope, gelas yang diisi air untuk menetralkan kekuatan kornea mata.
Perkembangan
lensa kontak pun kemudian sangat beragam di berbagai negara. Seperti di
Perancis pada tahun 1888, lensa kontak digunakan sebagai alat kesehatan yang
hanya dipakai oleh beberapa orang saja. Awalnya lensa kontak terbuat dari kaca
dan menutupi seluruh bagian depan mata. Untunglah, pada 1938 ditemukan lensa
kontak plastik dan satu dekade kemudian mulai dikenal lensa kontak yang hanya
menutupi kornea, dan dapat dipakai hingga 16 jam per hari.
Di
tahun 1950 hingga 1960-an, lensa kontak dijual dengan harga yang sangat mahal
dan mudah rusak. Baru setelah itu, di tahun 1990-an, dibuat lensa kontak dengan
harga yang lebih terjangkau dan menggunakan bahan penghantar oksigen, sehingga
jauh lebih nyaman untuk pemakaian sehari-hari.
Namun
sejalan dengan perkembangan perbaikan struktur organ, teknik pembedahan untuk
memperbaiki kornea mata juga berkembang. Orang pun sudah mulai berpikir tidak
lagi menggunakan kacamata maupun lensa kontak, tapi menempuh cara lain yang
lebih praktis, ekonomis, aman dan nyaman. Dengan teknik yang kemudian dikenal
dengan lasik ini, orang tak perlu lagi menggunakan kacamata atau lensa kontak,
yang dinilai sangat ribet dan mengganggu aktifitas. (Efrie Christianto/berbagai
sumber)**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar