Senin, 30 November 2015

Sayangi Mata Anda



Kenali dan Sayangi Mata Anda
BANYAK cara yang telah dilakukan manusia untuk menjaga mata sebagai lentera jiwa mereka. Sejatinya, keberadaan mata sebagai salah satu panca indera memiliki peran penting. Sebab tanpa berfungsi dengan baik penglihatan seseorang, maka dia tidak dapat merasakan dan menikmati keindahan dunia serta segala isinya.
Adapuncara yang ditempuh orang agar matanya menjadi sehat dan tidak mengalami masalah apalagi sampai buta, di antaranya secara rutin melakukan perawatan terhadap mata dan memeriksa matanya ke dokter. Tidak sedikit pula orang menggunakan cara herbal atau pergi ke pengobatan alternatif untuk menjaga kesehatan maupun menyembuhkan penyakit mata yang dideritanya.
Dua cara tersebut terbilang cukup populer dilakukan masyarakat di Indonesia, selain memeriksakan matanya ke dokter atau rumah sakit. Saat ini ada cara penanganan yang mulai banyak dilirik bahkan dapat dikatakan sangat populer di masyarakat, yaitu penanganan mata melalui teknologi lasik. Sebab melalui teknologi menggunakan laser ini, banyak masyarakat yang tertolong.
Namun jauh sebelum lasik mengalami booming seperti sekarang ini, banyak cara lain yang dilakukan orang untuk mengatasi kebutaan atau gangguan pada mata mereka. Seperti menggunakan lensa kontak, kacamata, kaca pembesar, dan lain sebagainya. Rata-rata gangguan pada mata tersebut berpusat pada rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi), atau pun silinder (astigmatisma).
Perlu diketahui, saat ini kian banyak anak-anak yang sejak kecil sudah menggunakan kacamata. Ternyata, selain faktor genetik, pola makan dan cara membaca sangat memengaruhi kesehatan mata. Sebab itu, orangtua hendaknya memerhatikan gizi dan vitamin yang dikonsumsi, serta memerhatikan kebiasaan mereka membaca.
Karena ini adalah gangguan refraksi/pembiasan, maka perbaikannya dengan perbaikan pembiasan. Yang paling sederhana misalnya menggunakan kacamata. Kemudian terjadi perkembangan ilmu bio medis, sehingga ada lensa kontak yang bisa ditempelkan di mata. Sayangnya, tidak semua orang merasa nyaman menggunakan kacamata atau lensa kontak.
Kacamata pertama kali ditemukan sekitar 3000 tahun lalu oleh bangsa di kota tua Niniwe, pada waktu itu fungsinya sebagai kaca pembesar. Bahan yang digunakan juga bukanlah lensa kaca melainkan batu kristal. Perkembangan kacamata baru melesat pada abad XII di Cina dan Eropa.
Dalam waktu singkat, kacamata mulai diproduksi dengan kualitas lensa sederhana dan pemakaiannya cukup merepotkan. Pada waktu itu, kacamata hanya terdiri atas dua lensa yang disambung tanpa tangkai dan ditempelkan di batang hidung. Sang pemakai juga harus terus memeganginya. Karena pemasangan yang rumit dan tidak praktis itulah, kacamata menjadi tidak diminati.
Berbagai cara dilakukan untuk membuat kacamata nyaman dipakai. Ada yang memasang rantai kecil pada kedua sisi kacamata dan diikatkan di bagian belakang kepala, seperti kacamata perenang, ada lagi yang mengaitkan kacamata pada topi. Ini pun masih merepotkan, bahkan mengganggu, terutama saat harus membaca di dalam ruangan atau membuka topi untuk memberi salam.
Hingga pada akhirnya, tercetuslah ide untuk memasang tangkai sehingga kacamata itu dapat dikaitkan di telinga. Tahun 1784, Benjamin Franklin berhasil menemukan kacamata bifokus yang memiliki lensa cembung dan lensa cekung dalam satu bingkai. Pada tahun 1908 dan 1910 barulah dikenal lensa cembung cekung, yang benar-benar menyatu dalam satu lensa. Materi lensa pun turut berkembang menjadi lensa kaca dan plastik.
Bila ditelusuri terkait keberadaan lensa kontak, banyak kalangan percaya, ide lensa yang menempel langsung pada bola mata itu konon sudah ada sejak tahun 1508. Hal itu berasal dari catatan dan gambaran serta sketsa yang dibuat Leonardo Da Vinci. Di dalam buku catatannya, ditemukan banyak sketsa tentang kacamata yang langsung bisa dikenakan pada bola mata. Ada pula yang beranggapan bahwa lensa kontak digagas oleh Rene Descartes pada tahun 1636, saat dia membuat hydriascope, gelas yang diisi air untuk menetralkan kekuatan kornea mata.
Perkembangan lensa kontak pun kemudian sangat beragam di berbagai negara. Seperti di Perancis pada tahun 1888, lensa kontak digunakan sebagai alat kesehatan yang hanya dipakai oleh beberapa orang saja. Awalnya lensa kontak terbuat dari kaca dan menutupi seluruh bagian depan mata. Untunglah, pada 1938 ditemukan lensa kontak plastik dan satu dekade kemudian mulai dikenal lensa kontak yang hanya menutupi kornea, dan dapat dipakai hingga 16 jam per hari.
Di tahun 1950 hingga 1960-an, lensa kontak dijual dengan harga yang sangat mahal dan mudah rusak. Baru setelah itu, di tahun 1990-an, dibuat lensa kontak dengan harga yang lebih terjangkau dan menggunakan bahan penghantar oksigen, sehingga jauh lebih nyaman untuk pemakaian sehari-hari.
Namun sejalan dengan perkembangan perbaikan struktur organ, teknik pembedahan untuk memperbaiki kornea mata juga berkembang. Orang pun sudah mulai berpikir tidak lagi menggunakan kacamata maupun lensa kontak, tapi menempuh cara lain yang lebih praktis, ekonomis, aman dan nyaman. Dengan teknik yang kemudian dikenal dengan lasik ini, orang tak perlu lagi menggunakan kacamata atau lensa kontak, yang dinilai sangat ribet dan mengganggu aktifitas. (Efrie Christianto/berbagai sumber)**



Tidak ada komentar:

Posting Komentar